Energi untuk Komitmen Diri


1. Keteraturan (Sunatullah)

Semua yang ada di alam semesta ini dapat bergerak, dapat terjadi, dapat seimbang karena ada keteraturan. Keteraturan ini dapat terjadi karena ada yang mengendalikan, kekuatan apa yang dapat mengendalikan ini semua… kekuatan apa yang dapat menjaga ini semua… berapa besar kekuatan itu… dalam sebuah teori fisika Albert Einstein kekuatan itu adalah (E=m.c2 ) Energi = Materi X Konstanta2….sehingga dari teori ini menghasilkan kekuatan yang sangat dasyat….yaitu bom nuklir…mengapa? Karena energy adalah satuan terkecil dari setiap yang ada…Karena energy itu kekal, karena energy itu tidak dapat berubah, karena energy itu adalah inti dan tunggal serta tidak dapat dibagi lagi…. Kira-kira ada dimana energy tersebut… atau apa energy itu.. apakah kita memilikinya…atau SIAPA YANG MENCIPTAKAN ENERGI…..

Ada sebuah Energi yang mengendalikan segala yang ada di alam semesta ini… seluruh alam semesta ini bergerak tanpa henti… Matahari tanpa pernah ingkar pada janjinya untuk menyinari… bulan tanpa peduli menemani gelapnya malam… ombak di lautan tanpa henti bergerak ke permukaan… angin tanpa bosan meniupkan kesejukkan, hujan turun dari langit gelap membasahi bumi yang kering… bunga tanpa pesan bermekaran mewarnai indahnya dunia. Energy ini membutuhkan keteraturan yang sempurna….sehingga setiap mahluk yang ada di alam semesta ini tidak ada lagi alasan selain harus tunduk mengikuti aturan ini… orang beriman menyebut ini dengan dasar keimanan… Inilah Mahluk Allah… ya… energy adalah mahluk Allah yang ada pada setiap mahluk yang ada di sepanjang jagat semesta ini… energy inilah yang membuat diri kita kecil dan tidak berarti apa-apa… tapi energy ini pula yang dapat mengangkat manusia menuju kesempurnaannya sebagai manusia.

2. Mencapai Puncak Kesempurnaan

Energi merupakan sebuah kekuatan yang senantiasa mengikatkan diri kita sebagai mahluk kepada segala yang ada di seluruh alam semesta ini… silahkan kita renungkan apa yang membuat keterikatan diri kita dengan yang ada…. Silahkan kita mengikatkan diri kita dengan kekayaan yang katanya akan membawa kebahagiaan … niscaya kekayaan itulah justru yang akan membuat kita tidak bahagia… silahkan kita mengikatkan diri dengan kedudukan yang tinggi … niscaya justru kedudukan itulah yang akan membuat kita jatuh dari tempat duduk kita… silahkan kita mengikatkan diri kita dengan Kesulitan… niscaya justru kesulitan itulah yang akan membuat kita menjadi tidak berdaya… silahkan kita mengikatkan dengan Kesenangan… niscaya justru kesenangan itulah yang akan membalikkannya menjadi sebuah kesedihan…

Satu-satunya jalan HANYALAH MENGIKATKAN PADA SESUATU YANG TIDAK PERNAH BERUBAH, SESUATU YANG KEKAL, SESUATU YANG PASTISEPERTI ALAM SEMESTA, DAN ITU HANYA SATU…..disinilah manusia mencapai puncak kesempurnaannya… yaitu hakekat untuk menjadi manusia yang sebenarnya.

3. Kembali pada Fitrah Manusia

Disini Saya mau mengajak Kita untuk menyadari bahwa… kita adalah manusia yang diberikan kesempurnaan itu…. Akan tetapi kita kadangkala meniadakan diri kita dalam kesempurnaan itu menjadi sebuah kelengahan akan Hakekat penciptaan Allah atas manusia, sehingga dapat menjerumuskan diri menuju kenistaan karena pengingkaran ini

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”, (QS Al A’raaf , 7:172)

Fitrah inilah… Energy yang maha dasyat… sebuah karunia Allah yang diberikan hanya kepada manusia… Fitrah inilah inti dari atom yang ada pada diri kita… fitrah ini sesuatu yang Kekal, pasti dan tidak dapat berubah… Fitrah inilah yang selalu jujur dan tidak pernah bebohong… fitrah inilah yang selalu setia menemani hidup kita….Fitrah inilah yang membuat diri kita mulia dan tinggi derajatnya…dan fitrah inilah yang dapat menhantarkan diri kita menuju kesempurnaannya sebagai manusia….

Pertanyaannya… mengapa kita harus mencari energy lain… sedangkan kita telah memilikinya tanpa harus bersusah payah… Allah telah titipkan itu kepada mahluk yang bernama manusia, dan seluruh manusia telah mempersaksikan dirinya ketika itu… untuk tetap pada fitrah Allah…. Yaitu Dien yang hanif…. Sebuah ajaran yang mengikatkan diri kita kepada Allah…. Karena seluruh alam semesta ini melakukan hal yang sama….

Mengapa…. Allah titipkan pada kita manusia untuk menjaga, merawat, mempimpin dan mengelola bumi dan seisinya kepada Kita, jika tidak bukan sesuatu yang mustahil bumi dan seisinya ini menolak keberadaan kita yang senantiasa membuat kerusakan, sudah cukup peringatan Allah tentang penolakan bumi dan seisinya ini atas kelapan kita…. Sudah cukup musibah demi musibah kita lalui dengan kesabaran, atau menunggu sampai keberadaan kita digantikan oleh kaum yang baru….

Maka Genggam kuat-kuat ENERGY yang ada dalam diri kita yaitu FITRAH… kembalilah… kembalilah pada Allah dan tetaplah pada fitrah Allah itu…. Jadilah manusia seutuhnya…. Manusia yang telah mempesaksikan diri dihadapan Allah… bahwa sesungguhnya hanya SATU Keterikanan kita… hanya SATU Energi, semua itu hanyalah Milik Allah… Kembalilah pada pada fitrah Allah dengan penuh keikhlasan agar dapat mengembalikan kedudukan yang mulia disisi Allah yaitu sebagai MANUSIA

Kerangka Buku

ATTRACTIVE LEARNING

(Belajar adalah sebuah pertunjukkan untuk menuju keberhasilan)

Konsep :

1. Belajar adalah sebuah pertunjukkan yang luar biasa

2. Belajar adalah sebuah pengalaman yang mengesankan

3. Belajar adalah sesuatu yang dapat diceritakan kembali

4. Belajar adalah sesuatu yang dapat mengajari

5. Belajar adalah sebuah proses mewujudkankan mimpi

6. Belajar adalah sebuah puncak keberhasilan

7. Belajar adalah sebuah Evaluasi Diri

Kerangka :

1. Belajar adalah sebuah pertunjukkan yang luar biasa

a. Siapkan Rasa Ingin Tahu

i. Tumbuhkan Rasa Senang

ii. Berikan Undangan

iii. Siapkan Judul Pertunjukkan

iv. Siapkan Tiket

b. Siapkan Pertunjukkan

i. Siapkan Jenis Pertunjukkan

ii. Siapkan Pertunjukkan yang tidak terpikir oleh orang lain

iii. Berikan Penghargaan

c. Pertunjukkan Dimulai

i. Pembukaan

1. Intro

2. Seremonial

3. Testimonial

ii. Pertunjukkan Utama

1. Prolog (Manfaat Pertunjukkan)

2. Pemeran Utama tampil

3. Komentar atas Peran

iii. Epilog

1. Komentar pertujukkan

2. Evaluasi Pertujukkan

2. Belajar adalah sebuah pengalaman yang mengesankan

a. Catat Apa yang menjadi kemampuanmu

b. Catat Apa yang menjadi Kelemahanmu

c. Catat Apa yang menjadi Peluangmu

d. Catat apa yang menjadi Tantanganmu

e. Tulis keadaan yang menyenangkan saat ini

f. Pertunjukkan apa yang ingin kamu lihat dan rasakan

g. Mari mainkan dengan cara yang berbeda

h. Beri saran kepada Orang lain sesuai dengan karakter dan kebiasaan masing-masing

3. Belajar adalah sesuatu yang dapat diceritakan kembali

a. Pertunjukkan tadi Luar biasa

b. Ceritakan dengan dengan rasa antusias

c. Keluarkan dengan segenap energy

d. Gambarkan sehingga orang lain dapat memvisualisasikannya

4. Belajar adalah sesuatu yang dapat mengajari

a. Pertunjukkan tersebut adalah guru

b. Peduli terhadap orang yang belum sempat melihat pertunjukkan

c. Ceritakan manfaat dari apa yang telah dilihat dan rasakan

5. Belajar adalah sebuah proses mewujudkankan mimpi

a. Tetapkan Sebuah Visi

b. Tetapkan Sebuah Misi

c. Tetapkan Target pencapaian

d. Catat Proses demi proses dalam mewujudkan mimpi

6. Belajar adalah sebuah puncak keberhasilan

a. Berikan sebuah penghargaan

b. Buatlah Seremonial terhadap apa yang telah di capai

c. Ceritakan Masa Lalu yang menentukan keberhasilan saat ini

7. Belajar adalah sebuah Evaluasi Diri

a. Evaluasi Proses menuju mimpi

b. Lakukan sebuah perenungan

c. Perencanaan kembali dan memperbaiki komitment

Waktu yang berharga

Seperti biasa Rudi, kepala cabang di sebuah perusahaan swasta terkenal terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Imron putra pertamanya yang baru duduk di kelas 2 SD membukakan pintu. Ia nampaknya cukup lama menunggu.

“Kok, belum tidur?” sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya, Imron memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.

Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Imran menjawab, “Aku menunggu ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa gaji Ayah?”

“Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi ya?”

tanya Rudi. “Ah, enggak. Pengen tahu aja yah”

“Oke, kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000 dan setiap bulan rat-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi gaji Ayah satu bulan berapa?”

Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepaskan sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Imron berlari mengikutinya, “kalau satu hari ayah dibayar

Rp 400.000 untuk 10 jam, berarti satu jam ayah dibayar Rp 40.000 dong,” katanya

“Wah pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok” perintah Rudi.

Tetapi Imron tak beranjak. Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Imron kembali bertanya,

“Ayah aku boleh pinjam uang Rp 5.000 nggak?”

“Sudah nggak usah macem-macem lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Ayah capek. Dan mau mandi dulu.

Tidurlah!”

“Tapi, Ayah…” Kesabaran Rudi habis. “Ayah bilang tidur!” hardiknya mengejutkan Imron. Anak kecil itu pun berbaik menuju kamarnya. Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Imron di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp 15.000 di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi berkata, “maafkanlah Ayah, nak. Ayah sayang Imron. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besokkan bisa jangankan Rp 5.000, lebih dari itu pun ayah kasih.”

“Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini”

“Iya, iya, tapi buat apa?” tanya Rudi lembut. “Aku menunggu ayah dari jam 8. aku mau ajak ayah main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000. tapi karena ayah bilang satu jam ayah dibayar Rp 40.000,maka setengah jam harus Rp 20.000 duitkukurang Rp 5.000. makanya aku pinjam dari Ayah,” kata Imron polos. Rudi terdiam.

Ia kehilangan kata-kata.

Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat.

Berebut Maut

Selepas isya, sang sufi mengumpulkan muri-muridnya. Dalam keheningan malam berpayung jutaan bintang, ia pun mulai mengajarkan ilmu dan hikmah. Dari mulutnya keluarlah kata-kata hikmah tentang perjalanan (al-asfar) manusia. Ia mulai dari alam ruh, alam rahim, alam dunia, alam kubur,….sampai menemui ar Rabb

“Besok, setelah terbit mentari, kita akan mulai melakukan perjalanan (safar) ‘fisik’ ilmu dan hikmah yang kuajarkan padamu tak ada gunanya jika tidak dapat kau amalkan dalam realitas kehidupan,” begitu kata sang guru

Berbekal seadanya, rombongan sufi berkelana. Sampailah mereka di suatu wilayah yang dikuasai penguasa durjana. Sang sufi dan rombongan tertangkap pasukan. Tak ada hakim, saksi, pengacara, atau jaksa. Dalam kamus hukum sang raja hanya ada satu kata: “hukum gantung”

Rombongan pun dibawa ke lapangan terbuka di depan istana. Sang guru diputuskan digantung yang pertama. Namun belum sempat si guru dibawa algojo ke tiang gantungan, beberapa muridnya berteriak:

“Wahai raja, apalah artinya engkau menggantung ‘si tua’ yang tidak memiliki apa-apa, kecuali celana. Gantunglah kami semua, sebagai gantinya.”

“Tidak ya paduka, mereka semua hanya terbawa nafsu belaku. Tidakkah paduka merasa terhina, menggantung anak-anak yang tak kenal dunia?”

Perdebatan murid dan guru membuat raja terkesima, “Ada apa gerangan, orang kok berebut maut?” tanya sang raja kepada penasihat di sebelahnya. Sang penasihat tak bisa menjawab

Kesal dengan penasihatnya, sang raja pun memanggil si guru untuk mendekati singgasana. Bertanyalah ia, “Mengapa kalian semua berebut maut, padahal semua orang menghindarinya?”

Dengan tutur lembut si guru menjawab. Kata-kata hikmah keluar dari hatinya, “apalah artinya dunia fana jika yang baqa (tetap) menanti di nirwana”

Akhirnya sang raja minta digantung pertama, diikuti oleh seluruh pengawalnya. Kini yang tinggal hanya si guru dan murid-muridnya. “Aku mafum kalian semua rindu pada si Empunya. Namun kita masih banyak tugas di dunia, untuk menghapuskan segala ‘bencana’, terutama yang ada pada hati kita semua”

RPP TIK SMA – KTSP

rpp-xii

rpp-xi1

Free Hugs Campaign. Inspiring Story! (music by sick puppies)

Vodpod videos no longer available.

winter game

winter game

Teman-temanku Luar Biasa (Kenangan – Masa Kecil)


Aku Hanyalah seorang biasa yang sepanjang hidupku dipenuhi orang-orang yang menemani hidupku yang begitu luar biasa…. Kesederhanaanlah yang membuat mereka begitu luar biasa… kasat mata kadang tak menampakkan hal-hal luar biasa itu… tapi hati nuranilah yang menuntun kita untuk membuatnya menjadi luar biasa…

Masa kecilku dipenuhi dengan sukacita… mereka menanam kebersamaan itu begitu berharga dan kesendirian itu begitu beku… semuanya kita lakukan sama-sama… mulai dari hujan-hujanan… mencari ikan atau udang bahkan belut di selokan yang dulu masih jernih dan banyak ikannya… bahkan kadang kita juga memakannya… mandi di kolam pak lurah atau membersihkan diri di kali sehabis main bola… ketika kami lapar… kami pulang kerumah masing-masing untuk mengambil makanan yang biasa kami makan, kami lakukan secara bersama-sama di belakang rumah kami, sebuah komplek perumahan (Dulu Perumnas Depok Utara) diantara belakang dan samping rumah kami di pisahkan oleh gang kecil yang kadang kala dilewati tukang minyak atau tukang abu gosok bahkan tukang perabot dapur atau sol sepatu dan tempat balapan sepeda (Sekarang hanya tukang sampah atau gas keliling), disnilah markas kami…. Kalau sekarang Aku memaknainya sebagai markas kehidupan…. Karena disnilah kami hidup bukan dibalik tembok kuat diantara gang rumah kami…. Kami lukis sebuah kertas cita-cita… kebanyakan diantara kami senang dengan kekuasaan… karena latar belakang keluarga kami adalah orang-orang yang sukses dengan kemulyaan kedudukan dunia… kertas kami warna-warni dan kami tempelkan di dinding belakang rumah kami sebagai tanda keberadaan kami bahwa kami adalah penguasanya…. Kami juga suka melakukan hal-hal yang menurut orang dewasa tidak lazim…. Mencuri buah yang pemiliknya pelit menjadi target kita dan setelah hasil dikumpulkan kita bagikan kepada pengemis (Kayak Robin Hood?!@#)… Ketika bermain Polisi dan maling… banyak diantara kami lebih suka menjadi maling… karena lebih bisa berbuat dan berkuasa atas sesuatu…. Ketika bermain Gestapu (G 30 S/PKI – ini gara-gara drama di sekolah dalam rangka meningkatkan semangat nasionalisme) kami berebut untuk menjadi PKI…. Karena dapat berkuasa dan berbuat sesuai dengan kehendak kita (bahkan kita bisa menyiksa rekan kita)… ketika membuat pekerjaan seni lukis pemandangan…. Kita membuat lukisan pemandangan dengan cara yang radikal (ketika itu…) dengan cara melukis pakai jari tangan dan goresannya pun radikal…. (akan tetapi guru Kami menilai karyaku terbaik disekolah katanya inilah POINTELISME)… walau aku lama untuk mengertinya…. Ketika kebersihan itu begitu indah…. Coretan temboklah tempat aktualisasi diri kami untuk menunjukkan nama kami ada diantara tulisan lainnya….(walau kadang tulisannya jelek)… ketika yang anak-anak seusia kami lainnya takut kepada hantu…. Kami sehari-hari bermain di kuburan meskipun hanya sekedar memanjat setinggi-tingginya pohon jambu mete atau pete dan mengumpulkan sebanyak-banyaknya…(walau kita kadang membuangnya lagi karena tidak begitu suka dengan rasanya)… kami punya satu orang yang kami anggap sebagai bos… semua harus tunduk pada perintahnya…. Ketika bos katakana jangan temani… maka semuanya mengamini dengan memusuhi… jika bos berhalangan atau pergi berlibur… maka tidak lupa beliau menitipkan kepemimpinannya kepada yang lainnya…. Yang penting jangan ada kepemimpinan yang kosong… mesjid menjadi alasan kami untuk bisa keluar hingga malam hari walau kadang mengganggu yang benar-benar ingin belajar mengaji….(Karena sok… sudah lebih bisa)…

Berbagai macam hal-hal negatif itu pada saatnya adalah sesuatu peringatan untuk memisahkan pertemanan kami…. Tapi orangtua kami begitu moderatnya mempersatukan kami… dengan berbagai macam alasan untuk tetap berteman walau kadang meresahkan mereka…. Akibat perilaku kami yang berbeda dengan anak-anak lazimnya….

Sekarang….

Jarak memang tak membuat kami jauh… kita sudah sama-sama berkeluarga… kita sudah sama-sama meninggalkan Markas Kehidupan kami… Kitapun juga sudah sama-sama meninggalkan seorang Nenek yang sudah janda di tinggal lama oleh suaminya… bahkan diantara kami ada yang di tinggalkan keduanya…. Akan tetapi gang di belakang rumah kami masih berdiri kokoh… walau sekarang sangat tertata rapih dan nyaman untuk duduk santai aku dan istri dan kedua buah hatiku ketika berlibur kerumah orangtuaku… bekas tulisan di tembok basah dengan paku sehingga membuat ceruk bentuk tulisan saat kami mengikrarkan diri disini… tertanggal 10 Desember 1988…. Bearti sudah tepat 20 tahun tulisan ini masih ada (Aku juga heran kok tetap luput dari renovasi) sebuah bangku semen bekas cucian piring jaman dahulu (Dari batu Granit buatan/ teraso) yang tak terpakai di cor dengan semen di belakang rumahku disampin bekas pompa tangan yang tinggal sisa lubang yang tak terpakan lagi…. Pohon yang dulu rindang sudah berganti beberapa generasi… sekarang hanyalah susunan pot plastic berisi tanaman hias (karena ibuku senang menanam tanaman hias)

Akan tetapi… makna kehidupan dari Markas yang telah kami bangun ketika itu membuat kami bebas untuk berpikir… berkreasi… berpendapat… berani… pantang menyerah…. Bisa menhadapai masalah sulit… tegar… sederhana… setia kawan…. Siap memimpin dan dipimpin… amanah…

Hikmah

Ternyata hal-hal buruk menurut orang belum berarti menjadikan kita memiliki sifat-sifat buruk, ada hal terpenting yang tidak pernah terlupakan oleh orangtua kami yang rata-rata sudah menyempurnakan agamanya dengan Haji, yaitu hakekat diri yang memiliki Fitrah untuk kembali pada yang maha membuat dan menggerakkan langkah kita….

Tidaklah penting berbagai macam keburukan yang telah kita lakukan… yang terpenting adalah perjalanan kehidupan sesuai dengan kehendak Pencipta… agar Sang Pencipta Ridho terhadap apa yang telah kita lalui sebagai proses pembelajaran

Teman-temanku Luar Biasa (Kenangan – Masa Remaja)

Masa remaja buat sebagian besar orang adalah masa yang indah…. Masa transisi…perubahan dari anak-anak menuju dewasa…. Kami menyebutnya sebagai masa inkubasi dalam sebuah proses metamorfosa kehidupan kami ketika kami dipaksa untuk mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan kehendak kami…. Ketika disekeliling kami menganggap kami adalah pemberontak atas eksistensi yang tak tertampung… kami buat suatu oposisi diseberang system yang sudah tertata rapih…. Kami berlindung atas kemampuan tak berdasar…. Kami melakukan terobosan yang melawan arus evolusi…. Bahkan kami kadang membenturkan diri kami dalam tembok ketidak tertataan yang terorganisir…. Kami lebih memilih mulia di jalur non-formal… kami nyaman dengan ketersembunyian…. Hingga suatu saat menjadi suatu ledakan BUUUMM…

Diantara kami ber-enam hanya satu orang yang lolos UMPTN

Ternyata kami bukanlah sehebat yang telah kami lakukan… ternyata kami bukanlah apa-apa… ternyata…. Hanya sebuah kegagalan dalam mengores cita-cita yang kami dapat…. Kami hanyalah sekumpulan orang yang tidak memiliki arti pada saat itu…. Mimpi kami hancur dengan sebuah keterlelapan pada tidur yang berkepanjangan….

Ternyata Ledakan itu membangunkan kami dari ranjang yang nyaman…. Segera harus kami rubah haluan bahtera ini agar tidak karam…. Kusembunyikan diri yang tak berarti… ditengah eksplorasi keangkuhan diri….

Suatu hari kami berkumpul untuk mengikrarkan sebuah perubahan diri kita untuk dapat membuktikan kepada mereka bahwa kami juga dapat berarti seperti yang lainnya…. Sejak saat itu kami lakukan hal-hal yang dapat bermanfaat untuk orang lain… Forum yang kami buat sebagai wadah curhatnya remaja hotlinenya sudah di tutup… Organisasi yang membesarkan kami dan membuat kami memiliki jaringan pelajar lain sekolah dan daerah pun sudah kita tanggalkan…. Yang ada hanyalah sebuah tanda Tanya atas keterlenaan selama waktu yang kami habiskan…. Tanah lapang tempat kami mengucurkan keringat karena olahraga atau di hokum gurupun telah sunyi… sudut kantin tempat kami diskusipun telah kami tinggalkan (walaupun masih terukir nama kami disitu- RETAK Was Here)

Sekarang…

Baru Aku sadar ditengah kesepianku…. Ternyata aku tidak sendiri…. Komitmen itu yang membuat kami sampai saat ini berdiri tegak… komitmen itu yang membuat perubahan konsistensi perencanaan hidup… komitmen itu yang membuat potongan jiwaku tetap utuh…. Merekalah yang mempersatukannya…. Ditengah kekhilafan ini ternyata kegagalan membuatku lebih hidup….(Alhamdulillah)… kegagalan masa lalu ternyata membuat aku kuat… walau pada awalnya aku tidak bisa menerimanya….(karena aku tidak pernah gagal sebelumnya)

ANDA MUNGKIN SERING MEREMEHKAN

Anda mungkin sudah sangat sering mendengar nasehat ini, “api kecil adalah kawan, api besar adalah lawan”. Saat api masih kecil ia adalah energi yang bersahabat dan menghangatkan. Akan tetapi, saat ia menjadi besar dan tidak terkendali, ia akan menjadi malapetaka yang menyengsarakan. Anda, biasa mencontohkannya dengan kebakaran.

Api yang kecil sering kita remehkan. Mungkin saja karena ia masih “no harm”, cuma hangat dan sama sekali tidak panas. Api kecil kita remehkan hanya karena ia bersahaja dan bersahabat. Terus begitu sampai semuanya sudah terlambat. Itulah yang bisa terjadi sesungguhnya, yaitu sikap yang meremehkan. Maka, tidak jarang kita mendengar musibah kebakaran, yang terjadi “hanya karena” sepuntung rokok, setengah sisa lilin, atau sepercik sulut dari colokan AC yang “konslet”.

Disadari atau tidak, kita juga sangat mungkin sering memandang sesuatu dengan sebelah mata. Plastik kresek di tengah jalan. Botol air mineral yang menyumbat selokan. Sedikit air menggenang di batok kelapa yang telentang. Seulas oli yang merembes di sela-sela sil mesin kendaraan, dan sebagainya.

Bisa jadi, kita juga sering meremehkan apa yang ada pada orang lain. Orang yang cacat, orang yang tidak mampu, orang yang berpenampilan buruk, orang yang tak terdidik, orang yang ber-iq rendah, orang yang tidak bisa menyebutkan huruf “r” dengan benar, orang yang tidak ngganteng, dan sebagainya.

Bahkan disadari atau tidak, kita mungkin sudah terbiasa juga dalam meremehkan, apa-apa yang ada pada diri dan di dalam jiwa kita. Bahwa Anda perlu mencoba menulis, sebanyak Anda berbicara atau mendengar, Anda belum tentu melakukannya. Bahwa kita perlu secara teratur berolahraga, kita mungkin lebih memilih bergelung di pagi buta. Bahwa Anda perlu juga berekreasi dan tidak terlalu gila dalam bekerja. Bahwa kita tidak perlu terlalu banyak bagadang. Bahwa Anda musti selalu berpikiran positif. Bahwa kita perlu untuk sering bersilaturahim. Bahwa Anda perlu ikhlas dan menerima keadaan tanpa terlalu banyak bertanya, dan sebagainya.

Semua itu mungkin saja kita remehkan, sampai semuanya mulai terbuka. Terbuka menyeruak dan menunjukkan sikap protesnya. Maka, mulailah tubuh Anda merasa kurang fit. Hati Anda lebih mudah terguncang dan tergoyahkan. Fisik Anda mulai melemah. Pikiran Anda mulai kacau. Iri dan dengki mulai menghinggapi. Bermacam-macam implikasinya. Bagaimana dengan tekanan darah? Bagaimana dengan kondisi jantung yang mungkin bisa menjadi lemah?

Kesadaran itu seperti hampir selalu terlambat datangnya. Sebabnya, hanya karena kita telah terlanjur meremehkan dan menunda. Jika Anda tidak termasuk dalam contoh di atas, ya syukurlah. Anda, bisa jadi sehat jiwa dan raga. Congratulation!